When good become bad
Sebagian orang menghabiskan waktu akhir pekan nya dengan berkumpul dengan keluarga atau teman-teman, sedangkan sebagian lagi lebih memilih untuk melakukan "Me Time" sesuai dengan hobi dan kesukaan masing-masing. Nah, sama hal nya dengan saya..aktivitas senin sampai jum'at dengan rutinitas kantor yang monoton membuat saya terkadang merasakan kejenuhan dan waktu akhir pekan adalah waktu terbaik untuk me-refresh diri.
Well, berhubung suami saya jauh dan rasa kangen yang ter amat besar kepadanya lah yang mendorong saya merengek-rengek padanya untuk melakukan kunjungan bulanan *jadwal pertemuan kami adalah di usahakan sekali dalam sebulan karena kami adalah pasangan long distance*. Padahal suami saya merencanakan kunjungan akan dilakukan minggu depan, setelah semua urusan di sana selesai. But, yaa..nama nya kangen ya tetep aja kangen, kalo obatnya bisa di beli di apotik saya udah stock satu lemari. alhasil, setelah mengeluarkan rayuan maut, akhirnya suami saya mengalah dan memilih untuk melakukan kunjungan ke Padang walaupun di bawah paksaan saya.
Yiihiee, seneng pasti, bahagia yooi, naamuuun...saya lupa dengan kata2 yang suka saya ucapkan "sesuatu yang dipaksakan itu pasti ga bagus" dan kata-kata itu seperti senjata makan tuan buat saya. Sabtu minggu yang dilewatkan suami bersama saya merupakan suatu kesalahan buat saya, kenapaa..??karena saya merasa hanya badan (fisik) nya yang ada di sini sementara pikiran nya masih tertinggal di Jakarta. Sikap dan perilaku nya yang sangat berbeda 360 derajat membuat saya menyesal dengan keputusan saya untuk memaksa dia mengunjungi saya. Dan akhirnya weekend yang saya rencanakan dan dibayangkan dengan indah berlalu dengan hambar. And its breaking my heart (T.T)
Well, at least ada pelajaran yang saya ambil dari sini..sesuatu yang di paksakan itu tidak akan berakhir dengan baik, dan sebagai pelaku tindak pemaksaan saya resmi di nobatkan sebagai tersangka hehe..
Yaa...sesuatu yang baik menurut kita belum tentu baik juga, bahkan bisa menjadi buruk buat kita.
Well, berhubung suami saya jauh dan rasa kangen yang ter amat besar kepadanya lah yang mendorong saya merengek-rengek padanya untuk melakukan kunjungan bulanan *jadwal pertemuan kami adalah di usahakan sekali dalam sebulan karena kami adalah pasangan long distance*. Padahal suami saya merencanakan kunjungan akan dilakukan minggu depan, setelah semua urusan di sana selesai. But, yaa..nama nya kangen ya tetep aja kangen, kalo obatnya bisa di beli di apotik saya udah stock satu lemari. alhasil, setelah mengeluarkan rayuan maut, akhirnya suami saya mengalah dan memilih untuk melakukan kunjungan ke Padang walaupun di bawah paksaan saya.
Yiihiee, seneng pasti, bahagia yooi, naamuuun...saya lupa dengan kata2 yang suka saya ucapkan "sesuatu yang dipaksakan itu pasti ga bagus" dan kata-kata itu seperti senjata makan tuan buat saya. Sabtu minggu yang dilewatkan suami bersama saya merupakan suatu kesalahan buat saya, kenapaa..??karena saya merasa hanya badan (fisik) nya yang ada di sini sementara pikiran nya masih tertinggal di Jakarta. Sikap dan perilaku nya yang sangat berbeda 360 derajat membuat saya menyesal dengan keputusan saya untuk memaksa dia mengunjungi saya. Dan akhirnya weekend yang saya rencanakan dan dibayangkan dengan indah berlalu dengan hambar. And its breaking my heart (T.T)
Well, at least ada pelajaran yang saya ambil dari sini..sesuatu yang di paksakan itu tidak akan berakhir dengan baik, dan sebagai pelaku tindak pemaksaan saya resmi di nobatkan sebagai tersangka hehe..
Yaa...sesuatu yang baik menurut kita belum tentu baik juga, bahkan bisa menjadi buruk buat kita.
Komentar
Posting Komentar